PEKANBARU (TRANSMEDIA.CO)– Fakultas Studi Islam (FSI) Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) bekerja sama dengan Lembaga Dakwah Komunitas Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Riau menyelenggarakan kajian interaktif bertajuk “Dinamika Sosial dan Tantangan Fenomena LGBTQ+ di Kota Pekanbaru”.
Wakil Rektor III UMRI menyampaikan apresiasi atas inisiatif FSI dalam menghadirkan forum edukatif tersebut. Ia menyebut fenomena LGBTQ+ sebagai tantangan sosial nyata yang perlu direspons oleh lembaga pendidikan.
“Saat ini, kampus dan sekolah menjadi sasaran empuk kelompok LGBTQ+. Oleh karena itu, penguatan nilai diri dan lingkungan sosial harus menjadi perhatian bersama,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa sikap apatis generasi muda terhadap lingkungan sosial dapat membuka ruang bagi masuknya pengaruh negatif secara luas.
Sementara itu, Dekan FSI UMRI menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan wujud komitmen fakultas dalam menghadirkan ruang dialog ilmiah sekaligus merespons dinamika sosial keumatan.
“Kami ingin membangun narasi akademik yang bersumber dari nilai-nilai keislaman dan kemanusiaan. Mahasiswa perlu memahami isu ini bukan hanya dari aspek tekstual, tetapi juga secara sosial, psikologis, dan spiritual,” kata Dr Santoso.
Kemudian, Ketua PWM Riau, Dr Hendri Sayuti, dalam pemaparannya menyebutkan dua faktor utama penyebab munculnya fenomena LGBTQ+, yaitu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diimbangi nilai, serta adanya penyimpangan moral.
“Dimensi keilmuan kelompok ini sangat dangkal. Mereka hanya berpegang pada justifikasi penyimpangan tanpa dasar pengetahuan yang sahih,” tegasnya.
Senada, Ketua PW NU Riau, KH R Abdul Khalim Mahali, LLB., menekankan bahwa NU dan Muhammadiyah akan terus bersinergi, termasuk dalam menyikapi isu LGBTQ+.
“Kami menolak secara tegas segala bentuk gerakan LGBTQ+ di Kota Pekanbaru. Ini bukan hanya soal moralitas, tapi juga menyangkut masa depan generasi bangsa,” tegasnya.
Dari sisi psikologi, Ketua HIMPSI Riau Yanwar Arief, MPsi., menyoroti adanya promosi LGBTQ+ secara sistematis di media sosial yang berdampak besar, terutama bagi generasi muda.
“Fenomena ini bukan perkara sepele. Pertama, peningkatan kasus HIV/AIDS sangat berkaitan dengan perilaku menyimpang. Kedua, keterbukaan informasi yang tak terfilter di media sosial menjadi pemicu. Ketiga, lemahnya kontrol dalam lingkungan keluarga memperparah situasi,” jelasnya.
Ia juga mengusulkan kolaborasi antara lembaga pendidikan, organisasi keagamaan, dan pemerintah dalam menyusun materi dakwah atau khutbah yang relevan sebagai bentuk pencerahan bagi masyarakat.
Melalui kegiatan ini, FSI UMRI berharap diskusi serupa dapat terus digalakkan sebagai bagian dari upaya kolektif menjaga moralitas dan ketahanan sosial di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks.
Hadir dalam kegiatan ini antara lain Wakil Rektor III UMRI Dr Jufrizal Syahri, MSi, Dekan FSI Dr Santoso, S S, M Si., perwakilan Lembaga Dakwah Komunitas Muhammadiyah Wilayah Riau, Majelis Tabligh Kota Pekanbaru, serta sejumlah narasumber dari lintas organisasi.
Narasumber yang turut mengisi kajian antara lain Yanwar Arief, M Psi, Ketua HIMPSI Riau; Dr H Hendri Sayuti, MA., Ketua PWM Riau; dan KH R Abdul Khalim Mahali, LLB, Ketua PW Nahdlatul Ulama (NU) Provinsi Riau.***mcr